TUGAS
Pemisahan Pelarut Organik dengan Nanofiltrasi
Disusun Oleh :
Nama Kelompok : Dimas Viko A
Doni
M. Rizki
Maulana Aqsan
Jeffry S
Reza A
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS GUNADARMA
KALIMALANG
2018
Abstrak
Proses
pemisahan suatu zat terlarut dari pelarut merupakan proses yang penting dalam
berbagai bidang industri. Proses pemisahan yang berkembang seringkali memakan
energi yang besar sehingga biaya yang dibutuhkan untuk proses pemisahan
tersebut juga besar. Metode pemisahan dengan membran nanofiltrasi merupakan
metode pemisahan yang relatif baru, namun dapat mengatasi sebagian besar
kekurangan-kekurangan dari metode pemisahan secara konvensional. Membran
nanofiltrasi adalah membran yang menggunakan perbedaan tekanan sebagai driving
force. Membran ini dapat terbuat dari berbagai jenis bahan. Selektifitas dari
masing-masing membran juga spesifik pada pelarut tertentu dan dalam kondisi
operasi tertentu. Metode nanofiltrasi yang dibahas adalah metode yang digunakan
untuk memisahkan pelarut organik. Metode ini dapat digunakan pada industri
petrokimia, pemisahan katalis homogen sehingga dapat didaur ulang, pemisahan
lelehan ion, mengoptimalkan tahap pertukaran pelarut pada sintesis senyawa
organik multitahap, dan pemisahan minyak nabati dari asam lemak bebas dalam
industri pangan. Walaupun membran dapat memberikan beberapa keuntungan dalam
proses pemisahan dibanding dengan proses pemisahan secara konvensional, metode
membran juga memiliki beberapa kekurangan. Beberapa kekurangan yang terdapat
dalam metode membran seringkali menjadi faktor penghambat pengembangan membran
untuk digunakan secara luas dalam bidang industri.
Kata kunci : nanofiltrasi,
pemisahan pelarut organik, distilasi osmotik membran
1. Pengantar
Dalam
beberapa tahun belakangan, membran telah menjadi salah satu metode pemisahan
yang banyak digunakan oleh berbagai industri dan pengobatan. Fokus yang akan
dibahas dalam paper ini adalah
membran berbasis gaya dorong tekanan, khususnya membran nanofiltrasi. Berdasarkan gaya dorong tekanan, membrane dapat
dibagi menjadi membran mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi, dan reverse osmosis. Mikrofiltrasi (MF)
merupakan jenis membran yang selektivitasnya tidak terlalu besar. Membran ini
dapat memisahkan partikel pada kisaran 0.1 hingga 10 μm. Mikrofiltrasi banyak
dikembangkan dalam pengolahan mikroorganisme yang terdapat pada air minum.
Setingkat lebih selektif dibanding mikrofiltrasi, membran ultrafiltrasi (UF)
dapat memisahkan partikel dengan ukuran 1 hingga 100 nm. Membran jenis ini
berbasis pada tekanan hidrostatik yang dapat mendorong larutan untuk melewati
membran semipermeabel. Membran nanofiltrasi (NF) merupakan jenis membran yang
baru berkembang dengan pesat. Membran ini dapat memisahkan partikel dengan
ukuran kurang dari 2 nm. Membran nanofiltrasi seringkali digunakan untuk
pemisahan larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang sangat rendah. Sedangkan
reverse osmosis adalah metode
pemisahan zat terlarut dari pelarut menggunakan tekanan eksternal untuk
mengatasi tekanan osmotik. Penggunaan tekanan eksternal berakibat pada
pemisahan berbagai jenis molekul bahkan ion dari larutan [1-2].
Membran tersebut dapat diproduksi dengan
proses fabrikasi. Proses tersebut terdiri dari persiapan membran. Tahap ini
terdiri dari casting, spinning, dan
coating. Tahap persiapan membran kemudian dilanjutkan dengan sintering, stretching, track-etching, template leaching, inversi fasa, dan polimerisasi interfasa [3].
Nanofiltrasi
pada saat ini juga sering digunakan dengan mengombinasikan membran berpori
dengan muatan listrik pada permukaan membran, menggunakan electroneutral, dan menggunakan membran yang sangat rapat (tidak berpori) untuk mengisolasi komponen yang
diinginkan dari suatu larutan. Penggunaan muatan listrik pada membran dapat
menggunakan prinsip elektrodialisis atau elektrodeionisasi. Elektrodialisis
dapat memisahkan ion pada larutan dengan menggunakan perbedaan potensial
listrik. Elektrodialisis terutama digunakan untuk pemisahan anion dari kation
atau sebaliknya. Sedangkan elektrodeionisasi dapat memisahkan ion akibat adanya
potensial listrik. Pemisahan ini berbasis pada pemecahan molekul air menjadi
ion hidrogen dan hidroksil.
2. Pemisahan Menggunakan Metode
Konvesional Dan Membran
Pemisahan
komponen menggunakan membran nanofiltrasi tidak melibatkan adanya perubahan
fasa, sehingga energi yang digunakan dalam proses pemisahan menjadi lebih
sedikit dibanding dengan proses pemisahan secara konvensional, seperti
distilasi dan ekstraksi [4]-[8]. Namun, hasil yang optimal seringkali dicapai
dengan menggabungkan kedua proses pemisahan tersebut, baik dengan menggunakan membran,
mampun dengan cara konvensional. Umumnya, pemisahan diawali dengan penggunaan
membran nanofiltrasi dilanjutkan dengan proses konvensional. Hal ini dilakukan
agar komponen pelarut sebagian besar telah terpisahkan oleh membran
nanofiltrasi, sehingga energi yang dibutuhkan oleh proses konvensional dalam
pemisahan komponen tidak terlalu besar. Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan
dapat diminimalisir. Di samping penggabungan kedua proses pemisahan tersebut,
pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan distilasi membran. Distilasi
membrane dilakukan dengan berbagai moda yang berbeda cara pengumpulan permeat,
mekanisme perpindahan massa melalui membran, dan alasan untuk pembentukkan gaya
dorong. Salah satu jenis membran distilasi adalah distilasi osmotik membran.
Membran yang digunakan adalah membran yang bersifat hidrofobik dimana membrane
mencegah penetrasi dari larutan, sehingga hanya komponen yang dapat melewati
membran hanyalah komponen yang bersifat volatil. [9]. Penelitian menunjukkan bahwa
membran nanofiltrasi dapat digunakan secara komersial, membran ini kemungkinan
dapat digunakan dalam berbagai bidang, seperti migas, kimia, industri pangan,
dan bahkan pemisahan pelarut organik pada katalis homogen.
3. Membran untuk
nanofiltrasi pelarut organik
Beberapa syarat yang harus dimiliki oleh membran nanofiltrasi
untuk memisahkan pelarut organik secara efektif adalah membran harus memiliki
tahanan kimiawi dan mekanis terhadap pelarut organik. Selain itu, membran juga
harus mampu melewatkan pelarut organik dengan baik, tetapi dapat memisahkan
komponen dalam pelarut tersebut dan menampungnya dalam jumlah yang cukup besar.
Membran yang sering digunakan sebagai bahan untuk nanofiltrasi sekarang ini
adalah membran polimer dan membran anorganik.
Membran polimer yang sering digunakan untuk memisahkan
pelarut organik dapat dibagi ke dalam tiga kelas, yaitu:
a.
Membran karet dengan
permeabilitas tinggi
Membran
ini sering digunakan untuk membentuk membran komposit dengan lapisan selektif
berada pada material penyangga berpori [10]-[12]. Contoh membran ini adlah
MPF-50 dengan ketebalan 100 nm. Ketika penyimpanan komponen yang terpisahkan
sedikit, perpindahan larutan melalui lapisan selektif didominasi oleh pemutusan
dan difusi dari komponen dalam larutan. Penyimpanan komponen yang terpisahkan
dalam jumlah besar diakibatkan adanya transpor massa yang besar. Walaupun hal
ini dapat meningkatkan efektifitas membrane, transpor massa dalam jumlah besar
ini dapat mengurangi properti mekanik dan selektifitas dari membran. Hal ini
dapat diatasi dengan menggunakan membran polimer dengan model
b.
Membran polimer
kaca dengan permeabilitas rendah
Membran ini digunakan
untuk membentuk membran asimetris dengan lapisan selektif dan lapisan penyangga
terbuat dari material yang sama.15 Membran ini dapat terbuat dari
poliamida, polimida, polisulfon, dan poliamida. Kekurangan dari membran ini
adalah adanya kontak dengan pelarut organik yang berbeda dapat menyebabkan
perubahan morfologi, struktur, dan lapisan selektif membran secara ireversibel
yang dapat berakibat pada karakteristik perpindahan dan pemisahan komponen.
4. Aplikasi Dari Nanofiltrasi Pada
Industri Petrokimia
Industri
petrokimia adalah industri yang menggunakan bahan baku bersumber dari minyak
bumi dan gas bumi untuk pengolahan produk kimia. Industri petrokimia dibagi ke
dalam tiga bagian besar, yaitu produk petrokimia hulu, produk antara, dan
produk petrokimia hilir. Industri petrokimia hulu berperan dalam pengolahan
produk dasar menjadi produk setengah jadi ataupun produk jadi, seperti
propilena, metanol, dan etanol. Industri antara berperan dalam mengolah produk setengah jadi yang
dihasilkan oleh industri hulu menjadi produk yang masih bisa diolah ataupun
produk jadi. Sedangkan industri hilir adalah industri yang mengolah produk
antara menjadi produk jadi yang dapat digunakan langsung
oleh masyarakat [18].

Gambar
Diagram alir industri petrokimia
Industri
petrokimia identik dengan penggunaan bahan baku berupa hidrokarbon rantai
panjang (parafin). Salah satu contoh adalah adanya parafin dalam bensin dapat
meningkatkan titik leleh dari bensin. Hal tersebut dapat diatasi dengan
melarutkan parafin dengan pelarut organik. Pelarut organik akan menurunkan
viskositas sistem pada temperatur yang rendah. Pelarut organik kemudian
didinginkan hingga -20 ⁰C untuk mengkristalisasi
parafin. Parafin yang sudah terkristalisasi selanjutnya dipisahkan dengan
proses penyaringan. Proses penyaringan ini dilakukan dengan menggunakan membran
nanofiltrasi yang kemudian dilanjutkan dengan proses distilasi.
Penggunaan nanofiltrasi
dalam industri petrokimia telah banyak berkembang. Beberapa paten telah
ditemukan untuk memisahkan pelarut dari parafin. Paten ini menggunakan membran
berbahan selulosa asetat, polimida, dan polikarbonat. Selain itu, ‘Shell Oil’
juga telah membangun sebuah unit berskala pilot untuk memisahkan campuran
minyak dengan berbagai pelarut [19].
Setelah
diteliti, material membran yang baik untuk pemisahan adalah bahan polisiloksan
dengan substitusi halogen dan memiliki ruang penyimpanan yang terbatas terhadap
komponen yang dipisahkan dengan menggunakan membrane nanofiltrasi. Dalam 14
bulan, produktifitas dari membran menurun hingga setengahnya, namun kemurnian
dari pelarut yang digunakan tetap terjaga. Hal ini telah menunjukkan adanya
kemungkinan untuk mendaur ulang 25 hingga 50 % pelarut dengan menggunakan
membrane nanofiltrasi tersebut. Selain itu, penggunaan proses berbasis nanofiltrasi
ini juga meminimalkan penggunaan energi dibanding dengan proses konvensional
yang melibatkan perubahan fasa. Pengurangan jumlah energi yang digunakan
berimpilikasi pada pendapatan tahunan yang semakin meningkat. Dengan demikian
penggunaan nanofiltrasi dalam industri petrokimia dapat meningkatkan
efektifitas pemisahan, mengurangi jumlah energi, dan meningkatkan pendapatan
industri. Suatu pabrik petrokimia di Texas, USA, ‘Mobil Beaumont Refinery’
memulai industri pemisahan minyak dari parafin.
5. Aplikasi Dari Nanofiltrasi Dalam
Kalatalis Homogen
Kompleks antara
logam transisi (Pt,Pd, Ru, Rh, dll) dengan ligan organik
seringkali digunakan sebagai katalis dalam proses sintesis senyawa organik dan
industri petrokimia. Katalis yang terbentuk tersebut biasanya mahal, sehingga
dibutuhkan proses daur ulang. Katalis yang diperoleh kembali di akhir reaksi
diolah agar dapat digunakan kembali dalam proses selanjutnya. Dengan demikian,
dibutuhkan teknologi yang dapat memisahkan katalis dari produk yang terbentuk
dengan efektif. Beberapa sistem katalis dengan aktifitas dan selektifitas yang
besar dan digunakan pada kondisi operasi lunak seringkali mengalami deaktivasi
pada saat proses daur ulang. Dibutuhkan beberapa metode untuk menjaga agar
katalis yang digunakan tidak mengalami deaktivasi.
Apabila
katalis larut dalam salah satu fasa, sedangkan produk reaksi larut dalam fasa
lainya, maka katalis dapat dengan mudah dipisahkan dari produk reaksi. Salah
satu kekurangan dari metode ini adalah terkadang substrat dan produk reaksi
tidak cukup larut dalam fasa yang mengandung katalis sehingga dapat menurunkan
laju reaksi. Untuk mengatasi masalah ini, reaksi dapat dilakukan pada
perbatasan antara fasa air dan fasa organik.
Prinsip dari
metode kedua adalah memastikan bahwa katalis dapat dengan mudah dipisahkan pada
proses filtrasi [20],[21]. Partikel berukuran halus yang tidak larut dalam
campuran reaksi digunakan sebagai material penyangga. Kekurangan dari metode
ini adalah adanya penurunan aktivitas dari katalis karena kemungkinan pemutusan
ikatan kovalen dengan material penyangga yang cukup besar sehingga menyebabkan
katalis larut dalam campuran reaksi dan menjadi sulit dipisahkan.
Metode
ketiga merupakan metode dimana seluruh katalis didistribusikan secara sempurna
di dalam sistem [22]-[25]. Pada akhir reaksi, katalis kompleks yang tersebar
secara merata tersebut dapat dipisahkan dengan menggunakan ultrafiltrasi atau
nanofiltrasi.
Metode
keempat menggunaka membran nanofiltrasi untuk memisahkan pelarut organik dari
katalis. Metode ini sangat efektif karena katalis yang telah terpisahkan dapat
langsung digunakan tanpa mengalami modifikasi sedikitpun. Prinsip dari metode
ini adalah adanya membran yang dapat menahan dan menampung katalis homogen
secara efektif seiring dengan pemisahan produk reaksi dari pelarut. Ukuran
katalis yang dapat ditampung berkisar antara 300-1200 Da.
Aplikasi
dari metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan reaktor kimia yang
dikombinasikan dengan membran nanofiltrasi. Proses ini dapat dilakukan baik
secara batchmaupun kontinu. Pada kenyataannya, metode ini hanya dapat
digunakan secara terbatas. Proses nanofiltrasi berlangsung dengan cukup lambat
sehingga menurunkan laju reaksi yang berimplikasi pada menurunnya derajat
konversi. Metode nanofiltrasi juga hanya dapat digunakan pada kondisi
operasional yang terbatas.
Penggunaan
membran dalam proses pemisahan katalis telah dimulai setengah abad yang lalu.
Perusahaan ‘American Oil’ telah memberi paten atas metode pemisahan yang
digunakannya. Metode pemisahan ini menggunakan membran hidrofobik berbahan
polietilen dan digunakan untuk memisahkan katalis asam pada proses konversi
hidrokarbon. Membran yang digunakan berbasis reverse osmosis [26].
Paten lain
terhadap metode pemisahan dengan membran ini juga dilakukan oleh perusahaan
‘British Petroleum’ pada tahun 1971. Perusahaan ini menggunakan membran
ultrafiltrasi untuk menyaring kompleks logam transisi seperti rhodium, nikel,
dan vanadium. Membran yang digunakan terbuat dari bahan selulosa asetat [27].
Paten lain juga diberikan terhadap perusahaan tersebut pada tahun 1974. Paten
ini berisi metode pemisahan senyawa elemen organik dengan menggunakan membran
yang terbuat dari bahan karet silikon pada temperature 0 – 200 ⁰C
[28].
Pada tahun
1974, perusahaan E I du Pont de Nemours’ mematenkan metode pemisahan katalis
organik dari media organik yang mengandung senyawa nitril [29]. Pemisahan ini
menggunakan membran asimetris berbahan polimida dan poliamida aromatik [30].
Pemisahan dengan metode ini dilakukan secara reverse osmosis. Selanjutnya, pada tahun 1993, ‘Membrane Products
Kiryat Weitzman Ltd’ mendapatkan paten atas metode pemisahan berbagai zat
terlarut dalam pelarut organik [31], [32]. Membran yang digunakan untuk proses
tersebut adalah membran nanofiltrasi. Metode ini kemudian dikembangkan dan
sering digunakan untuk memisahkan katalis homogen seperti kompleks logam
rhodium dan ligan fosfor organik dari campuran reaksi yang
mengandung senyawa aldehid enansiomer.
Paten
lainnya diberikan pada tahun 1997 untuk metode pemisahan katalis homogen
berbasis membran [33]. Paten tersebut menyatakan bahwa membran nanofiltrasi
bertipe MPF-50 dapat digunakan untuk menampung katalis rhodium hingga 92.8%
pada tekanan 27.5 atm.
Paten-paten
yang telah diberikan tersebut menunjukkan bahwa pada sistem reaktor kontinu,
penggunaan membran nanofiltrasi dalam pemisahan senyawa organik berukuran halus
dapat meningkatkan produk yang dihasilkan. Selain jumlah produk yang meningkat,
waktu berlangsungnya reaksi juga semakin berkurang sehingga proses kimia
berjalan dengan semakin efektif dan efisien. Keuntungan lain penggunaan
nanofiltrasi adalah adanya selektifitas yang tinggi terhadap produk samping
yang dihasilkan selama reaksi.
Membran
nanofiltrasi yang digunakan untuk memisahkan dan mendaur ulang katalis juga
memberikan beberapa keuntungan lain. Katalis dapat didaur ulang dalam keadaan
aktif hingga 10 kali pendauran. Katalis yang telah didaur ulang berkali-kali
tetap memberikan produk dalam jumlah yang tinggi.
Namun,
metode nanofiltrasi juga memiliki beberapa kekurangan. Beberapa percobaan
mengenai membran nanofiltrasi menunjukkan bahwa dalam semua kasus (kecuali
membran karet), penurunan permeabilitas membran pada suatu media (khususnya
toluena) dapat mempengaruhi tekanan parsial membran ketika sistem berada dalam
tekanan tinggi. Selain itu, ketika membran diaplikasikan untuk memisahkan
katalis, fluks yang melalui membran berkurang dari 20% hingga 65%. Hal ini
disebabkan oleh adanya fouling pada
permukaan membran oleh katalis homogen. Selain itu, membran bersifat cukup
sensitif, sehingga pada kondisi operasional yang tidak lunak ataupun pada
pelarut yang berbeda, struktur dari membran dapat mengalami perubahan. Dengan
demikian, sulit untuk mendapatkan data yang pasti mengenai ukuran partikel yang
dapat diisolasi oleh suatu membran. Data yang tersedia oleh beberapa pabrik
mengenai ukuran partikel hanya dapat diterapkan pada kondisi dan pelarut
tertentu.
Jenis
membran yang paling efektif dalam proses pemisahan adalah membran asimetrik.
Membran asimetrik dapat menampung katalis yang terlarut (terutama dalam
toluena) dalam jumlah yang besar. Membran asimetrik yang sering digunakan
adalah membran STARMEM 122. Membran ini dapat digunakan dalam proses pemisahan
dan pendaur-ulangan katalis. Walaupun katalis yang digunakan telah didaur ulang
beberapa kali, laju pembentukkan dari produk tetap seperti pada kondisi awal
tanpa memerlukan penambahan katalis. Namun, setelah digunakan beberapa waktu,
produktifitas dan penampungan dari katalis dalam membran akan semakin menurun.
Berdasarkan
percobaan, membran berjenis STARMEM lebih disukai dalam proses nanofiltrasi
untuk berbagai jenis zat terlarut yang berada dalam pelarut etil asetat.
Membran STARMEM memberikan nilai fluks tertinggi dan penolakan katalis lebih
dari 95%. Namun, membran jenis ini juga memiliki beberapa kekurangan jika
digunakan untuk memfiltrasi pelarut organik lain, misal membran polimida dari
STARMEM 240 tidak stabil dalam pelarut diklorometana dan tetrahidrofuran,
sedangkan membrane STARMEM 120 dan 122 mempunyai nilai permeabilitas yang
sangat rendah dalam kedua pelarut organik tersebut. Untuk mengatasi hal
tersebut, dirancang membran bertipe Desal-5 yang memiliki karakteristik
transpor lebih baik pada pelarut diklorometana [34].
6. Aplikasi Dari Nanofiltrasi Dalam
Pemisahan Lelehan Ionik
Lelehan
ionik digunakan sebagai pelarut generasi terkini yang ramah lingkungan
[35]-[37]. Senyawa ini termasuk golongan non-volatil, sehingga pada suhu ruang
senyawa ini berbentuk cairan. Lelehan ionik tidak larut dalam air maupun
kebanyakan pelarut organik. Namun, banyak katalis berbahan dasar kompleks dari
senyawa organik larut dengan baik dalam lelehan ionik tersebut. Dengan
demikian, pelarut berbahan lelehan ionik ini dapat memberikan prospek yang
cerah dalam proses sintesis senyawa organik.
Adanya sisi
aktif dari katalis yang tidak tersolvasi dalam lelehan ionik berimplikasi pada
adanya peningkatan stabilitas dari senyawa, peningkatan efisiensi dan
selektivitas dari sistem katalis (terutama pada lelehan ionik yang cocok dengan
sistem katalis tersebut). Dalam kasus ini, pelarut organik dapat digunakan
sebagai fasa non-misibel.
Medium
lelehan ionik tersebut memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan sistem
air-pelarut organik. Produk reaksi yang terbentuk dalam sistem ini akan
terekstraksi ke dalam fasa organik, sedangkan katalis akan tetap berada pada
lelehan ionik. Selain itu, katalis homogen tidak memerlukan modifikasi tambahan
untuk menjaga kelarutannya.
Penggunaan
lelehan ionik memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain
adalah adanya pelarutan parsial dari lelehan anionik dan katalis dalam fasa
organik. Lelehan anionik dan katalis di dalam fasa organik sulit untuk
dipisahkan. Sulitnya pemisahan katalis akan berakibat pada sulitnya proses
pendaur-ulangan dari katalis yang digunakan. Masalah ini dapat diatasi dengan
membrane STARMEM yang dapat memisahkan molekul ionik hingga 200-400 Da. Membran
ini dapat dengan baik digunakan untuk memisahkan katalis dari pelarut metanol,
toluene, dan etil asetat pada suhu 30 ⁰C dengan tekanan 30
dan 50 atm [38].
Beberapa percobaan
menunjukkan bahwa membrane STARMEM 120 dan STARMEM 122 dapat memisahkan lelehan
ionik berjenis CYPHOS 1L 101 dan ECOENG 500 dalam pelarut metanol dan etil
asetat hingga 95% (dalam mode mengalir) dan sekitar 80 – 90% dari pelarut
toluena.
7. Nanofiltrasi Sebagai Metode Pertukaran
Pelarut Dalam Sintesis Organik Bertahap
Pertukaran
pelarut sering kali menjadi masalah dalam proses sintesis organik multitahap.
Hal ini sering terjadi pada bidang farmasi, dimana langkah-langkah yang
dibutuhkan untuk mensintensis suatu senyawa organik cukup banyak dan rumit.
Setiap tahap dalam proses sintesis tersebut membutuhkan pelarut dengan jenis
yang berbeda. Adanya proses pertukaran pelarut seringkali menjadi masalah
karena sulitnya proses pemisahan suatu pelarut dari produk-produk reaksi yang
telah terbentuk. Proses pemisahan secara konvensional biasa dilakukan dengan
cara distilasi vakum. Namun proses distilasi tidak dapat digunakan jika pelarut
kedua memiliki titik didih yang lebih rendah dibanding dengan pelarut pertama.
Proses distilasi juga tidak dapat dilakukan jika pelarut membentuk campuran
azeotrop dan produk reaksi tidak stabil pada suhu tertentu.
Untuk
mengatasi hal tersebut, digunakan membran nanofiltrasi untuk menyaring pelarut
organik. Pelarut akan meresap ke dalam membran, sedangkan zat antara (produk
yang terbentuk) dengan berat molekul yang lebih besar dibanding pelarut akan
tertahan. Proses ini dapat memisahkan pelarut hingga 70 – 90%. Proses pemisahan
juga dapat dilakukan berkali-kali untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
Setelah proses pemisahan pelarut ini, pelarut kedua kemudian ditambahkan
sehingga pertukaran pelarut dapat berlangsung dengan baik. Kemungkinan
penggunaan membran MPF-50 dan MPF-60 dalam proses substitusi metanol dari etil
asetat dalam suatu campuran di industri farmasi telah diteliti. Sebagai zat
terlarut, digunakan antibiotic eritromisin dengan ukuran 734 Da. Persentase
akhir dari etil asetat dalam campuran setelah dilakukan 3 kali proses pemisahan
pada tekanan 30 atm adalah sebesar 4%. Kedua jenis membran tersebut juga
memberikan tingkat pemisahan yang tinggi terhadap eritromisin. MPF-50 dapat
memisahkan eritromisin hingga 87%.
8. Aplikasi Nanofiltrasi Dalam Industri
Pangan
Dalam
bidang industri, minyak nabati biasa diperoleh dengan dua cara, yaitu penekanan
biji dan ekstraksi pelarut (biasa pelarut yang digunakan adalah heksana). Jika
komposisi minyak di dalam biji lebih besar dari 25%, metode ekstraksi dianggap
cukup ekonomis. Metode ini biasa digunakan dalam proses produksi minyak bunga
matahari dan minyak kedelai. Bagian dari proses ekstraksi yang paling banyak
membutuhkan energi adalah proses distilasi untuk memisahkan pelarut organik
(heksana) dari minyak yang dihasilkan. Karena ketidakekonomisan akibat penggunaan
energi yang besar, disarankan untuk menggunakan membran nanofiltrasi sebelum
proses distilasi. Proses pemisahan dengan membran nanofiltrasi akan memekatkan
zat terlarut. Akibat banyaknya pelarut yang telah tersaring, proses distilasi
tidak membutuhkan energi yang terlalu besar untuk memisahkan zat terlarut dari
sisa pelarut yang ada. Walaupun penggunaan membran dalam proses pemisahan dapat
menghemat energi yang dibutuhkan, membran ini memiliki stabilitas kimia yang
lemah pada kondisi tertentu [39].
Pada tahun
1996, perusahan Jerman ‘GKSS’ mematenkan proses pemisahan minyak jagung dari
pelarut heksana menggunakan membran dengan lapisan selektif berbahan PDMS yang
tersusun silang dan teradiasi-induksi [40]. Melalui metode ini, komposisi
minyak di dalam campuran dapat meningkat dari 66% menjadi 90% seiring dengan
penurunan permeabilitas hingga 20%. Stafie, et
al. [41] juga meneliti penggunaan membran nanofiltrasi untuk memisahkan
pelarut heksana dari minyak bunga matahari di laboratorium dengan menggunakan
membran silang PDMS. Membran ini memberikan karakteristik pemisahan yang stabil
pada campuran 8% minyak bunga matahari dalam pelarut heksana. Tingkat pemisahan
dapat mencapai 90% pada tekanan 7 atm dan temperature 20 ⁰C
selama 4 hari. (6 jam per hari). Penggunaan campuran minyak
bunga matahari dalam pelarut heksana dengan konsentrasi melebihi 30% dapat
menyebabkan tekanan osmosis mencapai 4.3 atm pada suhu ruang. Peningkatan
tekanan osmosis menyebabkan semakin banyaknya minyak yang tertampung di dalam
membran. Peningkatan tekanan osmosis menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
proses pemisahan dengan membran nanofiltrasi sebaiknya dilakukan sebelum proses
distilasi selain adanya penggunaan energi yang lebih efisien. Adanya
peningkatan tekanan osmosis antara lain disebabkan oleh fluks pelarut yang
melewati membran semakin besar yang menyebabkan jumlah pelarut heksana yang
tersimpan di dalam membran semakin banyak dan tekanan osmosis menjadi lebih
tinggi.
Minyak
nabati mengandung komponen utama berupa trigliserida. Tingkat pemisahan dari
trigliserida dalam suatu campuran dengan pelarut heksana kemudian diteliti pada
berbagai kombinasi tekanan dan temperatur. Proses pemisahan secara nanofiltrasi
dapat dilakukan dengan menggunakan membran komposit berbahan karet silikon.
Membran ini sering disebut ‘Distilasi Membran Osmotik’. Temperatur larutan
umpan diatur agar mendekati larutan yang mengalir pada sisi lain membran.
Penggunaan larutan dengan tekanan uap air rendah (larutan ekstraksi di sisi
distilat) menyebabkan perbedaan tekanan uap di sepanjang membran. Dengan
demikian, pemilihan larutan ekstraksi menjadi faktor yang sangat penting dalam
distilasi membran osmotik.
Tingkat
pemisahan dari berbagai jenis trigliserida dengan menggunakan membran osmotik
dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan data pada tabel tersebut, penolakan
terhadap senyawa glierida meningkat seiring dengan peningkatan berat molekul.
Proses
pemurninan dari minyak nabati memiliki beberapa hal yang harus ditinjau,
terutama mengenai pemisahan asam lemak bebas. Beberapa solusi berbasis membran
telah dikembangkan untuk mengatasi masalah tersebut. Metode pertama melibatkan
pemisahan parsial dari asam lemak dengan proses nanofiltrasi dari minyak nabati
[43]. Metode kedua adalah penambahan pelarut organik ke dalam minyak nabati
tersebut. Penambahan pelarut akan meningkatkan fluks total yang melewati
membran yang menyebabkan peningkatan proses transpor dari asam lemak bebas,
namun transpor dari trigliserida tetap (tidak berubah secara signifikan) [44],
[45]. Metode ketiga berdasarkan proses ekstraksi dari asam lemak dengan
menggunakan alkohol dan dilanjutkan oleh proses pemisahan secara nanofiltrasi
dan mendaur ulang pelarut (alkohol). Sedangkan metode yang terakhir adalah
memisahkan trigliserida dan asam lemak bebas menggunakan membran nanofiltrasi
tanpa perlu penambahan pelarut organik [46].
Karena
keefisienan dan keefektifan dari penggunaan membran nanofiltrasi dalam proses
pemisahan minyak nabaticukup tinggi, teknologi ini dapat memberi peningkatan
dalam bidang ekonomi dan menjadi salah satu teknologi yang ramah lingkungan.
9. Kesimpulan
Diantara metode
pemisahan dengan menggunakan membran, metode
nanofiltrasi pelarut organik merupakan teknologi yang relatif baru. Teknologi
ini menjanjikan penggunaan energi yang cukup rendah. Aplikasi terbesar dari
nanofiltrasi pada saat ini ada pada bidang petrokimia, sintesis senyawa
organik, dan industri pangan.
Pada skala
industri, nanofiltrasi digunakan untuk pemisahan minyak bensin dari parafin.
Penggunaan membran nanofiltrasi sebaiknya dilakukan sebelum proses distilasi.
Selain digunakan untuk memisahkan minyak bensin dari parafin, nanofiltrasi juga
digunakan pada optimisasi tahap sintesis-pemisahan. Metode ini sering digunakan
untuk memisahkan dan mendaur ulang katalis homogen dalam suatu campuran reaksi.
Seiring dengan perkembangan zaman, ditemukan metode baru untuk pemisahan
berbasis nanofiltrasi yaitu penggunaan lelehan ionik. Lelehan ionik tersebut
akan mempermudah membran nanofiltrasi untuk memisahkan katalis dari produk yang
terbentuk.
Untuk produk
antara yang tidak stabil pada suhu tertentu, proses distilasi yang biasa
digunakan untuk pertukaran pelarut dalam sintesis multitahap dapat diganti
dengan tekonologi nanofiltrasi. Selain keuntungan-keuntungan tersebut, metode
pemisahan nanofiltrasi juga memiliki beberapa kelemahan. Aplikasi dari
nanofiltrasi dalam berbagai bidang masih dibatasi oleh availability dari membran yang sensitif dan sifat membran yang
berbeda-beda pada kondisi operasi yang berbeda.
DAFTAR
PUSTAKA
[1]
I.G. Wenten, Khoiruddin, P.T.P.
Aryanti, A.N. Hakim. Pengantar Teknologi Membran. Teknik Kimia Institut
Teknologi Bandung, (2010).
[2]
I.G. Wenten. Teknologi Membran dan
Aplikasinya di Indonesia. Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, (2010).
[3]
I.G. Wenten, P.T.P. Aryanti,
Khoiruddin, A.N. Hakim. Proses Pembuatan Membran. Teknik Kimia Institut
Teknologi Bandung, (2011).
[4]
N A Bhore, R M Gould, S M Jacob, P O
Staffeld, D Mcnally, P H Smiley, C R Wildemuth, New Membrane Process
debottlenecks Solvent Dewaxing Unit, Oil Gas J. 97 (46) (1999) 67.
[5]
L S White, A R Nitsch, Solvent
Recovery from Lube Oil Filtrates with Polyimide Membranes, J. Membr. Sci.
(2000) 179-267.
[6]
R M Gould, L S White, C R Wildemuth,
Membrane Separation in Solvent Tube Dewaxing, Environ. Prog. 20, no.1 (2001)
12-16.
[7]
N A Bhore, R M Gould, T L Hilbert,M
P McGuiness, D McNally, P H Smiley, C R Wildemuth, Mmbranes Debottleneck Lube
and Wax Production, in Lubricants and Waxes Meeting, Houston, TX (1999) LW-99-128.
[8]
L S White, Development of
Large-Scale Applications in Organic Solvent Nanofiltration and Pervaporation
for Chemical and Refining Process, J. Membr. Sci. 286 (2006) 26-35.
[9]
I.G. Wenten. Perkembangan Terkini di
Bidang Teknologi Membran. Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, (2014).
[10]
I F J
Vankelecom, K De Smet, L E M Gevers, A Livingston, D Nair, S Aerts, S Kuypers,
P A Jacobs, Physico-chemical Interpretation of the SRNF Transport Mechanism for
Solvents through Dense Silicone Membranes, J. Membr. Sci. 231 (2004) 99-108.
[11] J
P Robinson, E S Tarleton, K Ebert, C R Millington, A Nijmeijer, The Influence
of Polarity on Flux and Rejection Behaviour in Solvent Resistant
Nanofiltration, Ind. Eng. Chem. Res. 44 (2005) 3238-3248.
[12] N
Stafie, D F Stamatialis,M Wessling, Effect of PDMS Cross-linking Degree on the
Permeation Performance of PAN/PDMS Composite Nanofiltration Membranes, Sep.
Purif. Technol. 45 (2005) 220-231.
[13] A
V Volkov, V V Parashchuk, Yu P Kuznetsov, S V Kononova, D V Dmitriev, L I
Trusov, V V Volkov Krit. Tekhnol. Membrany 31 (2006) 14.
[14] A
V Volkov, dkk, in Proceedings of International Conference `Euromembrane 2004',
Hamburg, 2004, pp.131.
[15] A
V Volkov, D F Stamatialis, V S Khotimsky, V V Volkov, M Wessling, N A Plate,
Poly[1-(trimethylsilyl-1-propyne] as a Solvent Resistance Nanofiltration
Membrane Material, J. Membr. Sci. 281 (2006) 351-357.
[16] A
V Volkov, D F Stamatialis, V S Khotimsky, V V Volkov, M Wessling, N A Plate,
Desalination 199 (2006) 251-252.
[17] I.G.
Wenten, P.T.P. Aryanti, Khoiruddin. Teknologi Membran dalam Pengolahan Limbah.
Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, (2014).
[18] R.
Jazz, Pengertian Dasar Industri Petrokimia,
http://www.prosesindustri.com/2015/02/pengertian-dasar-industri-petrokimia.html,
diakses 10-04-2016.
[19] J.G.A.
Bitter, et al, Process for the Separation of Solvents from Hydrocarbons
Dissolved in the Solvents, U.S. Patent (1988) 4,748,288.
[20] I.T.
Horváth. Hydroformylation of olefins with the water soluble HRh (CO)[P
(m-C6H4SO3Na) 3] 3 in supported aqueous-phase. Is it really aqueous?. Catalysis Letters, 6(1) (1990)
43-48.
[21] Behr,
A. (1998). Technische Konzepte zum Recycling von Homogenkatalysatoren. Chemie Ingenieur Technik, 70(6), 685-695.
[22] S
J Connon, S Blechert, in Ruthenium Catalysts and Fine Chemistry (Topics in Organometallic
Chemistry) Vol. 11, C Bruneau, P H Dixneuf (Eds.), Heidelberg, New York:
Springer, 2004, pp. 93.
[23] B
Cornils, W A Herrmann, I T Horvath, W Leitner, S Mecking, H Olivier-Bourbigou,
D Vogt (Eds.), Multiphase Homogeneous Catalysis, Willey-VCH, Weinheim ( 2005).
[24] M
T Reetz, G Lohmer, R Schwickardi, Synthetis and Catalytic Activity of Dendritic
Diposhphane Metal Complexes, Angew. Chem., Int. Ed. Engl. 36 (1997) 1526.
[25] N
Brinkman, D Giebel, G Lohmer,M T Reetz, U Kragl, Allylic Substitution with Dendritic
Palladium Catalysts in a Continuously Operating Membrane Reactor, J. Catal. 183
(1999) 163-168.
[26]
J.F.H. Douglas, et al, Synchronous Induction Motor, U.S.
Patent (1959) 2,913,607.
[27]
M.T. Westaway, et al, Catalyst Ultrafiltration Process, U.S.
Patent (1971) 3,617,553.
[28]
M.T. Westaway, et al, Separation of Metal Compounds, U.S.
Patent (1972) 3,645,891.
[29] M.T.
Westaway, et al, Membrane Seperatio of Homogenous Catalysts from Nitrile
Solutions, U.S. Patent (1974) 3,853,754.
[30] H.Bahrmann,
et al, Process for Separating Organometallic Compounds and/or Metal Carbonyls
from Their Solutions in Organic Media, U.S. Patent(1992) 5,174,899.
[31] C.
Linder, et al, Silicone-derived Solvent Stable Membranes, U.S. Patent (1993)
5,205,934.
[32] C.Linder,
et al, Silicone-derived Solvent Stable Membranes, U.S. Patent (1993) 5,265,734.
[33]
J.F. Miller, et al, Membrane Separation Process, U.S. Patent
(1997) 5,681,473.
[34] M.
Pasternak, Membrane Process for Treating a Mixture Containing Dewaxed Oil and
Dewaxing Solvent, U.S. Patent (1992) 5,102,551.
[35]
T Welton, Adv. Synth. Catal, Chem. Rev. 99 (1999) 2071.
[36] N
J Earle, K R Seddon, Ionic Liquids (Green Solvents for Future), Pure Appl.
Chem. 72 (2000) 1391-1398.
[37] D
Zhao,M Wu, Y Kou, E Min, Ionic Liquids : Applications in Catalysis, Catal.
Today 74 (2002) 157-189.
[38] S
Han, H-T Wong, A G Livingston, Application of Organic Solvent Nanofiltration to
Separation of Ionic Liquids and Products from Ionic Liquid Mediated Reactions,
Chem. Eng. Res. Des. 83 (2005) 309-316.
[39] S
S KoÈ seoglu, J T Lawhon, E W Lusas, Membrane Processing of Crude Vegetable
Oils; Pilot Plant Scale Removal of Solvent from Oil Miscellas, J. Am. Oil Chem.
Soc. 67 (1990) 315-322.
[40] L.S.
White, Polyimide Membranes for Hyperfiltratio Recovery of Aromatic Solvents,
U.S. Patent (1998) 6,180,008.
[41] L
P Raman,M Cheryan, N Rajagopalan, Solvent Recovery and Partial Deacification of
Vegetable Oils by Membrane Technology, Lipid/Fett 98 (1996) 10-14.
[42] H
J Zwijnenberg, A M Krosse, K Ebert, K-V Peinemann, F P Cuperus, Acetone-Stable
Nanofiltration Membranes in Deacidifying Vegetable Oil, J. Am. Oil Chem. Soc.
76 (1999) 83-7.
[43] N
S Krishna Kumar, D N Bhowmick, Separation of Fatty Acids/Triglycerol by
Membranes, J. Am. Oil Chem. Soc. 73 (1996) 399-401.
[44] V
Kale, S P R Katikaneni,M Cheryan, Deacidifying Rice Bran Oil by solvent
Extraction and Membrane Technology, J. Am. Oil Chem. Soc. 76 (1999), 723.
[45] R
Subramanian, K S M S Raghavarao, H Nabetani, M Nakajima, T Kimura, T Maekawa,
Differential Permeation of Oil Constituents in Nonporous Denser Polymeric Membranes,
J. Membr. Sci. 187 (2001) 57-69.
[46] K
Ebert, F P Cuperus, Membranotechnology, Membr. Technol. 107 (1999) 5-8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar